Pertama kali lihat Sang Nyamuk kecil nempel di dinding putih lift dengan badan gepeng dan darah kering disekitarnya. Wah, hebat juga ni nyamuk tahu cara cepat naik dibanding lewat tangga, kata saya. Sayang nasibnya menggenaskan sebelum sampai lantai yang dituju, seloroh suami.
Ternyata itu bukan yang terakhir, berakhir menggenaskan tak membuat kawan-kawan nyamuk yang lain ‘jera’. Buktinya beberapa hari berikutnya saya menemui lagi seekor nyamuk masuk lift, dia tak berdiri di lantai lift seperti saya tentunya. Beruntung ini nyamuk naik ke atas bareng saya, jadi nasibnya tak seburuk temannya beberapa hari lalu.
Sepertinya di kota-kota besar dengan bangunan-bangunan tinggi seperti disini, bahkan nyamuk pun mengasah instingnya dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Seperti mereka paham bahwa dengan naik ke atas, akan ditemukan lebih banyak mangsa dibandingkan hanya bertahan hidup di jalanan. Dimana orang-orang bergerak cepat berjalan atau bermobil dan sang nyamuk seolah tak diberi kesempatan untuk minum barang seteguk.
Kita sebagai manusia, tentunya akan lebih menyadari dengan perubahan di sekitar kita. Kita perlu mengasah insting dan bergerak cepat atau lambat, yang pastinya ke arah yang lebih baik. Ke arah yang menjanjikan. Kita tak boleh hanya berkesah disaat kita tak mendapat apa-apa, nasib yang tak juga berubah, usaha yang jalan di tempat. Kita harus lebih jeli melihat peluang, bahkan sang nyamuk mereka mengerti bahwa orang-orang sekarang (sumber pelepas dahaga mereka) sudah berpindah hidup di atas bangunan-bangunan tinggi, dan untuk meraihnya perlu kepekaan, dan ide. Meski tak semua berakhir mulus, setidaknya kita akan dikenang karena sudah berjuang.
Salam,
BH, 24 sept 2014
Note: BH=Belo Horizonte (please jangan salah tafsir) :D
Sudah takpublish di Kompasiana/ayyash_ud
No comments:
Post a Comment