´´Umi, maukah kau pergi ke tempat kerja ibuku hari ini? Tolong bayarkan hutangku dan ambil kartu kredit beliau, aku janji akan pergi ke bank untuknya´´. Pinta mas Gede, suamiku.
Aku mengangguk, ´´Uang bus ya´´. Tagihku.
Sebelum berangkat kerja beliau memberiku sejumlah uang untuk ibunya dan R$ 6 tambahan untuk ongkos naik bus pulang pergi.
´´Apakah aku harus pergi pagi atau siang?´´ Tanyaku
Beliau yang sedang memasang tali sepatunya menoleh, ´´Terserah, tapi jangan tidak ya´´.
Aku mengantarnya sampai pintu, mengucap salam dan mencium tangannya yang akan dibalas sama meskipun terasa aneh untukku. Selebihnya adalah ritual kami setiap pagi. Begitu beliau keluar dan aku menutup pintu, aku akan lari ke jendela, menunggunya menyeberang jalan dan kami akan saling melambaikan tangan.
Aku keluar ba´da zuhur, betapa girangnya menggemgam R$ 6 di tangan. Lalu, alih-alih naik bus aku memilih jalan kaki, meskipun jarak rumah dan tujuan sekitar 3 Km. Setelah sebelumnya menghabiskan seluruh uang tersebut untuk membeli jeruk. Why jeruk? Karena aku bisa memperoleh 4 Kg lebih di bandingkan jika membeli roti yang hanya dapat dua potong. Ditengah perjalanan dekat stasiun bus antar kota, aku membagi-bagikan seluruh jerukku pada orang-orang homeless disana.
=====
Sabtu sore saat Kelas Bahasa Arab
´´Kau mau ikut kami nggak besok?´´ Tanya Paula, satu-satunya yang berniqab di komunitas kami, ia telah menyelesaikan latihan rupanya. Aku menoleh dan memperhatikannya, meminta penjelasan lebih, ´´Kami mau berkunjung ke rumah Vera, bareng teman-teman. But only you. Nggak ada tempat buat suamimu ya´´ Imbuhnya tertawa. ´´Karena kita semua cewek´´. Aku berjanji akan minta izin suamiku malam ini, dan mengabari pastinya besok pagi.
====
Minggu pagi. (Kemarin)
Suamiku mengantarkanku ke stasiun metro/commuter line terdekat, sekitar 20 menit jalan kaki. Aku akan bertemu Paula disana, kemudian bersama-sama ke rumah Vera.
Di dekat bilheteira Mas Gede mengambil Hp, membaca pesan disana. ´´Abdu Nabi memintaku datang ke rumahnya´´. Abdu Nabi seorang Bapak berputra tiga dari istri libya-nya, Muna. Suamiku akan senang berkumpul dengan mereka karena mereka berbahasa arab dan tentu saja untuk mengasah kemampuannya.
´´Bagus dong, jadinya pean juga nggak sendirian di rumah. Rumah beliau jauh nggak?´´.
´´Nggak, aku kesana setelah ini´´. Kami tersenyum.
=====
Pulang dekat magrib, aku membawa sayur sisa makan siang kami di rumah Vera. Masterpiece chef Claudia dari daging domba dan myoki. Benar-benar brasilian punya, i wish my husband like it.
´´Apa itu?´´ Tanya suamiku penasaran.
´´Makanan dong, ayo makan. Aku udah lapar banget, teman-teman pada makan sedikit sekali. Aku kan jadi malu mau nambah´´
Beliau tertawa, ´´Memang enak makan di rumah sendiri, ambil seberapa banyak pun nggak usah malu´´ Ungkapnya geli. ´´Aku juga bawa makanan, Muna memberi untukmu´´. Subhanallah, ternyata satu gunungan dalam piring komplit dari nasi, sayur dan lauknya.
Kami makan bersama, bersyukur berkali-kali. Aku apalagi, bersyukur banget... karena nggak usah masak malam ini. Hehehehe
Beberapa saat setelah makan aku membuka kulkas, mengintip freezernya. Menemukan bungkusan plastik baru disana, bukan aku yang meletakkannya. Ternyata itu adalah ayam.
´´Ayam halal, Umi. Abdu Nabi yang memotongnya sendiri´´. Subhanallah, rizki datang dengan jalannya sendiri. Alhamdulillah banyak-banyak.
Lalu, tanyaku. Apakah itu karena jeruk-jeruk beberapa hari yang lalu?
QS Al Baqarah : 245
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), MAKA ALLAH MELIPAT GANDAKAN PEMBAYARAN KEPADANYA DENGAN LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
True story nih
Aku mengangguk, ´´Uang bus ya´´. Tagihku.
Sebelum berangkat kerja beliau memberiku sejumlah uang untuk ibunya dan R$ 6 tambahan untuk ongkos naik bus pulang pergi.
´´Apakah aku harus pergi pagi atau siang?´´ Tanyaku
Beliau yang sedang memasang tali sepatunya menoleh, ´´Terserah, tapi jangan tidak ya´´.
Aku mengantarnya sampai pintu, mengucap salam dan mencium tangannya yang akan dibalas sama meskipun terasa aneh untukku. Selebihnya adalah ritual kami setiap pagi. Begitu beliau keluar dan aku menutup pintu, aku akan lari ke jendela, menunggunya menyeberang jalan dan kami akan saling melambaikan tangan.
Aku keluar ba´da zuhur, betapa girangnya menggemgam R$ 6 di tangan. Lalu, alih-alih naik bus aku memilih jalan kaki, meskipun jarak rumah dan tujuan sekitar 3 Km. Setelah sebelumnya menghabiskan seluruh uang tersebut untuk membeli jeruk. Why jeruk? Karena aku bisa memperoleh 4 Kg lebih di bandingkan jika membeli roti yang hanya dapat dua potong. Ditengah perjalanan dekat stasiun bus antar kota, aku membagi-bagikan seluruh jerukku pada orang-orang homeless disana.
=====
Sabtu sore saat Kelas Bahasa Arab
´´Kau mau ikut kami nggak besok?´´ Tanya Paula, satu-satunya yang berniqab di komunitas kami, ia telah menyelesaikan latihan rupanya. Aku menoleh dan memperhatikannya, meminta penjelasan lebih, ´´Kami mau berkunjung ke rumah Vera, bareng teman-teman. But only you. Nggak ada tempat buat suamimu ya´´ Imbuhnya tertawa. ´´Karena kita semua cewek´´. Aku berjanji akan minta izin suamiku malam ini, dan mengabari pastinya besok pagi.
====
Minggu pagi. (Kemarin)
Suamiku mengantarkanku ke stasiun metro/commuter line terdekat, sekitar 20 menit jalan kaki. Aku akan bertemu Paula disana, kemudian bersama-sama ke rumah Vera.
Di dekat bilheteira Mas Gede mengambil Hp, membaca pesan disana. ´´Abdu Nabi memintaku datang ke rumahnya´´. Abdu Nabi seorang Bapak berputra tiga dari istri libya-nya, Muna. Suamiku akan senang berkumpul dengan mereka karena mereka berbahasa arab dan tentu saja untuk mengasah kemampuannya.
´´Bagus dong, jadinya pean juga nggak sendirian di rumah. Rumah beliau jauh nggak?´´.
´´Nggak, aku kesana setelah ini´´. Kami tersenyum.
=====
Pulang dekat magrib, aku membawa sayur sisa makan siang kami di rumah Vera. Masterpiece chef Claudia dari daging domba dan myoki. Benar-benar brasilian punya, i wish my husband like it.
´´Apa itu?´´ Tanya suamiku penasaran.
´´Makanan dong, ayo makan. Aku udah lapar banget, teman-teman pada makan sedikit sekali. Aku kan jadi malu mau nambah´´
Beliau tertawa, ´´Memang enak makan di rumah sendiri, ambil seberapa banyak pun nggak usah malu´´ Ungkapnya geli. ´´Aku juga bawa makanan, Muna memberi untukmu´´. Subhanallah, ternyata satu gunungan dalam piring komplit dari nasi, sayur dan lauknya.
Kami makan bersama, bersyukur berkali-kali. Aku apalagi, bersyukur banget... karena nggak usah masak malam ini. Hehehehe
Beberapa saat setelah makan aku membuka kulkas, mengintip freezernya. Menemukan bungkusan plastik baru disana, bukan aku yang meletakkannya. Ternyata itu adalah ayam.
´´Ayam halal, Umi. Abdu Nabi yang memotongnya sendiri´´. Subhanallah, rizki datang dengan jalannya sendiri. Alhamdulillah banyak-banyak.
Lalu, tanyaku. Apakah itu karena jeruk-jeruk beberapa hari yang lalu?
QS Al Baqarah : 245
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), MAKA ALLAH MELIPAT GANDAKAN PEMBAYARAN KEPADANYA DENGAN LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
True story nih
No comments:
Post a Comment