This story about my business, it wasn´t failed. No. Just i didn´t success yet. I´ll try again and again, even may be stop for a while. Ya, ini kisah bisnisku. Memang belum berhasil dan menghasilkan pundi-pundi uang seperti yang aku inginkan, aku berhenti ganti lagi, berhenti ganti lagi, yeahh. Bukankah semua orang pernah trial dan error seperti ini? Saat ini aku sedang berhenti, sebentar saja. Rehat, karena kondisinya belum mungkin untuk start lagi, aku sedang belajar, mengamati pasar dan peluang, juga dana. Dana yang sering jadi kendala, juga teman-teman yang tak setia.
Awal kisahku nyemplung ke dunia enterpreuner adalah 2011 akhir, saat itu program PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) di kampusku di gelar di tahun ketiga. Semester 5 saat itu, betapa girang ketika join dengan kawan berlima. Dengan dana 8 juta per orang, maka jika kelompok ini berhasil,
kami akan mendapat kucuran dana lumayan besar, 40 juta rupiah. Siapa yang tak tersenyum memikirkannya. Dengan dana segitu, dan gratis pula tentu pelaku usaha pemula girang mendapatkannya. Proposal dibuat, analisis rencana usaha dalam 3-4 bulan kedepan yang meskipun sederhana berhasil dijabarkan. Rancangan 2 tahun ke depan pun disisipkan. Jadilah proposal dengan optimisme sangat tinggi ditelurkan. Yah, sangat optimis. Pada ramadhan 2011, saat saya masih liburan di kampung ada sms teman masuk, -alhamdulillah Umi, berkas kita di terima, kita bakal menghadapi sesi wawancara nih-
Besyukur tentu, langkah ini semakin dekat. Wawancara diwakili dua orang di antara kami. Pada November 2011, hasil seleksi di keluarkan, dan kelompok kami terpampang berhasil masuk di urutan pertama. Wow, riang gembira saat itu. Bisnis ini terlihat menjanjikan. Menggiurkan, mabuk memikirkannya. Uang 40 juta akan di tangan, meskipun dana diberikan 60% sebagai awal dan 40% bulan berikutnya setelah ada sidak universitas untuk penanganan dana pertama tersebut.
Januari akhir 2012, Uang 24 juta benar-benar keluar. Mahasiswa oh mahasiswa, pertama kali mengenggam uang segitu penginnya beli motor kali ya. Bingung bagaimana menghabiskannya. Inilah saat tersulit dalam bisnis, menentukan teman join. Jika salah, maka selesailah. Saya berusul bisnis kami home industri saja, kita sebarkan iklan ke teman-teman melalui jaringan sosmed dan mulut ke mulut, apalagi kami juga berada di organisasi ekstra kampus yang lumayan besar, dengan jaringan luas. Selain itu kita belum produksi apa-apa, belum dikenal siapa-siapa, akan menjadi sulit jika menjadi ujug-ujug nongol dan bersaing terbuka dengan toko-toko lain yang tentu berisi lengkap dan penuh ditambah kami belum berpengalaman apa-apa tentang bisnis dengan toko. (Bidang kami, aksesoris saat itu, rencananya produksi sendiri).
Suatu sore di awal februari, tiba-tiba teman-teman datang ke kos. Mereka sudah menemukan toko, deal 1 tahun. Sudah dibayar seharga 15 juta. Wow!!! dan tiba-tiba lebih dari setengah uang kami ludes. Ini awal yang mengerikan menurutku. Toko yang di sewa teman-teman termasuk baru dengan lebar 3,5 m dan panjang 12 meter. Subhanallah, toko yang benar-benar besar untuk kami, dengan uang yang tersisa, 9 Juta rupiah, bagaimana kami bisa mengisi toko demikian besar ini?
Belum selesai sampai disini, ternyata mereka juga merencanakan perjalanan. Membeli bahan baku asesoris katanya, ke Banjarmasin, sewa satu mobil travel, nginap di hotel, meski murahan, yeah. Kami berlima dan seorang pemandu (teman salah satu dari kami). Bayangkan bagaimana kami menghabiskan, uang untuk toko, dan perjalanan ini, hotel, carter mobil dan sopirnya, makan selama di jalan. Dan kami cuma membeli bahan baku berikut alat-alatnya, tak ada isi toko yang siap dipajang saat itu. Lalu kami harus bertarung melawan malas, tugas, dan kuliah dsb untuk mulai membuat, (toko kami begitu besar subhanallah).
Di akhir bulan kedua masa sewa, menghabiskan sewa bulan free tanpa membuka toko atau menjual apapun, akhirnya terbuka juga gembok toko itu, memajang sebuah etalase dengan isi seadanya.
Sidak dari kampus itu datang juga. Membuktikan bahwa kami eksis, menggunakan dengan benar-benar uang yang di gelontorkan untuk berbisnis, dsb. Akhirnya membuahkan tanda centang setuju untuk menggelontorkan dana sisa 40% tersebut sebesar 16 juta.
Ternyata panjang sekali, saya akan menyambungnya lagi nanti (sudah jam 12 dan belum masak untuk makan siang, hmmm jika saya single okelah tancap gas untuk menulis, tapi sekarang saya punya bayi super besar yang harus tak perhatikan asupan makanannya, atau beliau bakal ngambek krn istrinya lebih suka nulis dripada membuat makan siang bersama dengan romantis, ciyehhh) wkwkwkwk.
InsyaAllah saya sambung segera.
Awal kisahku nyemplung ke dunia enterpreuner adalah 2011 akhir, saat itu program PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) di kampusku di gelar di tahun ketiga. Semester 5 saat itu, betapa girang ketika join dengan kawan berlima. Dengan dana 8 juta per orang, maka jika kelompok ini berhasil,
kami akan mendapat kucuran dana lumayan besar, 40 juta rupiah. Siapa yang tak tersenyum memikirkannya. Dengan dana segitu, dan gratis pula tentu pelaku usaha pemula girang mendapatkannya. Proposal dibuat, analisis rencana usaha dalam 3-4 bulan kedepan yang meskipun sederhana berhasil dijabarkan. Rancangan 2 tahun ke depan pun disisipkan. Jadilah proposal dengan optimisme sangat tinggi ditelurkan. Yah, sangat optimis. Pada ramadhan 2011, saat saya masih liburan di kampung ada sms teman masuk, -alhamdulillah Umi, berkas kita di terima, kita bakal menghadapi sesi wawancara nih-
Besyukur tentu, langkah ini semakin dekat. Wawancara diwakili dua orang di antara kami. Pada November 2011, hasil seleksi di keluarkan, dan kelompok kami terpampang berhasil masuk di urutan pertama. Wow, riang gembira saat itu. Bisnis ini terlihat menjanjikan. Menggiurkan, mabuk memikirkannya. Uang 40 juta akan di tangan, meskipun dana diberikan 60% sebagai awal dan 40% bulan berikutnya setelah ada sidak universitas untuk penanganan dana pertama tersebut.
Januari akhir 2012, Uang 24 juta benar-benar keluar. Mahasiswa oh mahasiswa, pertama kali mengenggam uang segitu penginnya beli motor kali ya. Bingung bagaimana menghabiskannya. Inilah saat tersulit dalam bisnis, menentukan teman join. Jika salah, maka selesailah. Saya berusul bisnis kami home industri saja, kita sebarkan iklan ke teman-teman melalui jaringan sosmed dan mulut ke mulut, apalagi kami juga berada di organisasi ekstra kampus yang lumayan besar, dengan jaringan luas. Selain itu kita belum produksi apa-apa, belum dikenal siapa-siapa, akan menjadi sulit jika menjadi ujug-ujug nongol dan bersaing terbuka dengan toko-toko lain yang tentu berisi lengkap dan penuh ditambah kami belum berpengalaman apa-apa tentang bisnis dengan toko. (Bidang kami, aksesoris saat itu, rencananya produksi sendiri).
Suatu sore di awal februari, tiba-tiba teman-teman datang ke kos. Mereka sudah menemukan toko, deal 1 tahun. Sudah dibayar seharga 15 juta. Wow!!! dan tiba-tiba lebih dari setengah uang kami ludes. Ini awal yang mengerikan menurutku. Toko yang di sewa teman-teman termasuk baru dengan lebar 3,5 m dan panjang 12 meter. Subhanallah, toko yang benar-benar besar untuk kami, dengan uang yang tersisa, 9 Juta rupiah, bagaimana kami bisa mengisi toko demikian besar ini?
Belum selesai sampai disini, ternyata mereka juga merencanakan perjalanan. Membeli bahan baku asesoris katanya, ke Banjarmasin, sewa satu mobil travel, nginap di hotel, meski murahan, yeah. Kami berlima dan seorang pemandu (teman salah satu dari kami). Bayangkan bagaimana kami menghabiskan, uang untuk toko, dan perjalanan ini, hotel, carter mobil dan sopirnya, makan selama di jalan. Dan kami cuma membeli bahan baku berikut alat-alatnya, tak ada isi toko yang siap dipajang saat itu. Lalu kami harus bertarung melawan malas, tugas, dan kuliah dsb untuk mulai membuat, (toko kami begitu besar subhanallah).
Di akhir bulan kedua masa sewa, menghabiskan sewa bulan free tanpa membuka toko atau menjual apapun, akhirnya terbuka juga gembok toko itu, memajang sebuah etalase dengan isi seadanya.
Sidak dari kampus itu datang juga. Membuktikan bahwa kami eksis, menggunakan dengan benar-benar uang yang di gelontorkan untuk berbisnis, dsb. Akhirnya membuahkan tanda centang setuju untuk menggelontorkan dana sisa 40% tersebut sebesar 16 juta.
Ternyata panjang sekali, saya akan menyambungnya lagi nanti (sudah jam 12 dan belum masak untuk makan siang, hmmm jika saya single okelah tancap gas untuk menulis, tapi sekarang saya punya bayi super besar yang harus tak perhatikan asupan makanannya, atau beliau bakal ngambek krn istrinya lebih suka nulis dripada membuat makan siang bersama dengan romantis, ciyehhh) wkwkwkwk.
InsyaAllah saya sambung segera.
No comments:
Post a Comment