Benarkah ada rumah sakit, puskesmas dan klinik gratis??? Benar tuh.
Tanpa biaya sepeserpun? iya.
Dari cabut gigi sampai operasi usus buntu? Hu um.
Dari tes darah sampai usg, sammmpai MRI dan CT-scan?? Bener ada. Dan nggakbohong. Bukan sekedar isapan jempol.
Bulan juli 2014, tengah bulan. Saya tahu, saya hamil, setelah cek darah tentu. Bersuka cita sebentar. Kurang seminggu kemudian gelaja tak wajar dimulai, sakit perut melilit. Dua hari kemudian pendarahan yang membuat saya shock berat. Hari itu juga saya pergi ke rumah
sakit, sendiri. Ditemani telepon genggam dengan suami diseberang sambungan (beliau sedang di luar kota), dan bahasa portugis saya belum begitu berguna (krn saking minimnya).
Setelah ikut antri menunggu, ternyata jenis pendarahan seperti ini tidak digolongkan gawat darurat yang mesti langsung ke UGD (padahal pernah saya mengantar teman yang sakit perut ´akut´ tanpa pendarahan langsung dilarikan ke UGD dan langsung infus, di Indonesia).
Ba´da cek, tidak ada bukaan, berarti bukan keguguran. Sumber pendarahan ini, tentu karena sebab lain. Dokter akhirnya menganjurkan untuk USG transvaginal 2 hari lagi. Buat memastikan diagnose awal. Hari itu saya dapat suntikan pereda nyeri dan satu resep yang mesti dibeli sendiri, kapsul pereda nyeri juga. Dua hari kemudian dengan membekal hasil usg, saya pergi ke rumah sakit lagi. Setelah melihat hasil usg tersebut, dokter-dokter kasak-kusuk, mereka memanggil dokter-dokter lain buat berunding. Saya yang nggak ngeh, curiga. Apalagi saat itu yang ngantar saya pulang. Akhirnya mereka menahan saya di ruang rawat sementara (tanpa infuse juga). Jangan pergi ya, ancam mereka. Sorenya seorang dokter praktek yang mengerti bahasa saya cerita kejadian sebenarnya. Saya hamil, betul. Tapi ovarium saya kosong, nah. Dari usg, bayi saya memang bukan di ovarium, tapi di saluran telur. Hamil di luar kandungan,Gravidez ectópical. Ectopical pregnancy. Berbahaya. Musti operasi. Kalau bisa malam ini juga, atau besok pagi. Wew. Semudah itu, enak saja!. Kemudian beliau dengan gamblang menerangkan bahayanya jika kehamilan ini diteruskan, tata cara operasinya, akibatnya kemudian pasça operasi, kesempatan saya untuk hamil lagi, dll. Jangan takut, kata beliau tim dokter kami yang terbaik, mereka akan melakukan yang terbaik untuk anda. Operasi saya akan dilakukan segera, menyingkirkan jadwal operasi yang sudah Ada (kebanyakan sesar dan kuret), karena kasus anda darurat. kata mereka.
Malam itu diberi 3 opsi, operasi laparoskopi dengan sayatan minimal (kalau saya punya kartu jaminan kesehatan/asuransi Dan sejenisnya), bedah dg sayatan lebar (jika tidak punya jaminan, dan saya yang cuma turis bukan pelajar pun bekerja berada di opsi ini), dan tanpa operasi jika hasil cek darah positif untuk tidak operasi, dari kadar apanya gitu. Malam itu seorang perawat mengambil darah saya untuk tes. Pagi besoknya saya diminta cek darah lagi dan usg lagi, krn satu alat lab rusak tes darah semalam hanya mendapat hasil positif lagi tanpa jumlah yg diharapkan tersebut. Mereka mengirim ke lab privat untuk ini. Sorenya ketika sejumlah rombongan besar dokter datang ke ruang rawat saya dengan masker, baju ijo-ijo itu, dan infus, saya tahu inilah saatnya.
Dari operasi tersebut, 2 hari kemudian saya pulang. Mereka memberi saya 2 resep pereda nyeri. Silahkan pilih salah satu. Hanya satu obat ba´da operasi! . Bahkan dengan hanya demam, di Indonesia setidaknya saya akan membawa pulang 4 jenis obat.
10 hari paska operasi saya melepas jahitan operasi di sebuah klinik yang kemudian di beri jadwal janji temu di bagian gynekologi. 25 hari kemudian saya check up ke rs lagi. Sekarang sedang menunggu janji temu dengan klinik lain untuk kesehatan mulut.
Selain 2 obat pereda nyeri yang mesti saya tebus di apotek sendiri, dari rumah sakit, klinik, dan satu puskesmas yang saya kunjungi kemudian, tidak mn-charge fee sama sekali. Gratis tis. Dan Status saya yang masih turis. Bukan asli WN Brazil. Saya pun keluarga saya tidak perlu repot untuk minta surat keterangan RT-RW-Lurah dsb.
Saya masuk Brasil dengan turis visa. Sampai sekarang belum diganti ke permanen visa dan belum punya CPF.
Telah di publish juga di kompasiana
hi umi boleh minta kontaknya?
ReplyDeleteTerima kasih kunjungannya.
DeleteBoleh, di ayyash_ud@yahoo.co.id :)