Aku benar-benar marah. Jika bukan Tati yang bikin ulah, mungkin aku tak terbakar begini. Tapi ini dia, sudah mematahkan pensil kesayanganku bukannya minta maaf malah mengejekku.
´´Alahhh,,, cuma satu pensil aja kok, besok kubelikan lima puluh´´ Serunya dari seberang meja. ´´Berapa sih harga satu pensil?´´ Ucapnya nyinyir. Pengen kulempar pakai buku. Ini bukan soal harga, ini tentang nilai. Pensil ini pemberian kakakku satu-satunya sebelum beliau menghilang di telan tangkuban perahu dua bulan yang lalu, dan sampai kini belum ketahuan kabarnya.
Aku mendidih, menggerutukkan gigi. Mencoba diam, menenangkan diri. Tak ingin reputasiku sebagai murid teladan lebur dengan meladeninya. Mata ini hampir jebol mengingat tanda kasih kakakku sudah hancur menjadi tiga.
´´Kalau Ibumu tak mampu belikan lagi itu pensil ....´´
´´Dasar setan belagu!!´´ Semburku berapi. Memotong kalimatnya barusan, membuatnya melongo. Mungkin tak menyangka kalimat ini bakal keluar dari bibirku.
´´Apa? setan?´´ Ulangnya tak percaya. Dia berjalan melintasi meja di antara kami, mendekatiku.
´´Bagus. Kamu tahu? hanya setan juga yang bisa melihat setan lainnya!´´ Ucapnya tajam. Setajam matanya yang menhunjam dada.
Sekarang bukan hanya aku, tapi seisi ruangan ini terpana.
´´Alahhh,,, cuma satu pensil aja kok, besok kubelikan lima puluh´´ Serunya dari seberang meja. ´´Berapa sih harga satu pensil?´´ Ucapnya nyinyir. Pengen kulempar pakai buku. Ini bukan soal harga, ini tentang nilai. Pensil ini pemberian kakakku satu-satunya sebelum beliau menghilang di telan tangkuban perahu dua bulan yang lalu, dan sampai kini belum ketahuan kabarnya.
Aku mendidih, menggerutukkan gigi. Mencoba diam, menenangkan diri. Tak ingin reputasiku sebagai murid teladan lebur dengan meladeninya. Mata ini hampir jebol mengingat tanda kasih kakakku sudah hancur menjadi tiga.
´´Kalau Ibumu tak mampu belikan lagi itu pensil ....´´
´´Dasar setan belagu!!´´ Semburku berapi. Memotong kalimatnya barusan, membuatnya melongo. Mungkin tak menyangka kalimat ini bakal keluar dari bibirku.
´´Apa? setan?´´ Ulangnya tak percaya. Dia berjalan melintasi meja di antara kami, mendekatiku.
´´Bagus. Kamu tahu? hanya setan juga yang bisa melihat setan lainnya!´´ Ucapnya tajam. Setajam matanya yang menhunjam dada.
Sekarang bukan hanya aku, tapi seisi ruangan ini terpana.
Pelajaran moral : ....... (silahkan isi)