Ini murni curhat.
Pada perjalanan pulang kami, istri partner jalan bertanya pada suaminya.
Ada banyak yang bisa dikisahkan pada perjalanan ini, tiba-tiba blank. :(
Pada perjalanan pulang kami, istri partner jalan bertanya pada suaminya.
"Ya Abdu, kenapa kita jauh-jauh
menolong orang lain di kota lain, sementara tidak engkau tolong orang-orang di
kota sendiri untuk memiliki mushola di pusat kota, sehingga orang-orang bisa
rehat dan sholat tanpa pergi ke masjid?"
Menohok. Ah, bagaimanakah lagi cara
mengagumi beliau-beliau selain dengan mendo'kan kebaikan, keberkahan dunia
akhirat. Seperti juga yang beliau bilang hampir setiap kali kami pulang
istirahat.
'Semoga usaha kalian bisa menjadi
hujjah kelak di akhirat saat mereka bilang, tidak ada yang menyampaikan islam
pada kami.'
Perjalanan kami tidak pendek, tujuh
jam bermobil. Mengunjungi mushola yang masih berstatus 'nyewa' dan lagi-lagi
dengan uluran tangan-tangan beliaulah uang sewa dibayarkan. Bagaimanalagikah
cara mengagumi dan berterima kasih pada mereka selain mendo'akan keberkahan
dunia dan akhiratnya?
Apa jawab suaminya?
"Kita harus memahami pokonya. Di
kota kita sudah ada sebuah masjid permanen meskipun jauh dari pusat kota,
meskipun tidak buka setiap hari, meski dengan demikian tidak cukup waktu
istirahat kita untuk mencapai sana dan sholat di masjid, tetapi ... setidaknya
kita sudah punya. Sebuah tempat yang di sana kita berkumpul dan mengkaji Islam,
yang di sana ada Sheikh yang stand by untuk umat.
"Tapi, wahai istriku ... di
tempat yang kita kunjungi, tidak ada mushola sama sekali. Umat muslim tercerai
tanpa tempat ibadah dan silaturahmi. Tahukah engkau bahwa mereka semakin kuat
dengan dukungan dari pihak lain. Silaturahmi kita yang meskipun belum bisa
rutin bisaa meningkatkan ghirah di tempat terpencil tersebut. Memang penting
mempunyai mushola di pusat kota kita, tapi kita haruslah melihat skala
prioritas. Ada begitu banyak yang harus disiapkan sebelum menyewa sebuah
tempat, dan ... dengan persiapan yang sama ... semoga lebih banyak kebaikan
diperoleh mushola di daerah tersebut dibanding di kota kita."
Mushola Uberlandia foto diambil dari trotoar depan :) |
Kecil, nyumplik,
Hanya sebuah toko kecil yang disulap
menjadi mushola. Tiga Qur'an,
tiga sajadah, dan karpet sederhana. Plakat namanya hanyalah print out hitam
putih di kertas A4.
Anda ingin
membantu?
Bahkan
orang-orang yang berinisiatif dengan tempat ini sedang menyusun rencana bantuan
di desaku (nun jauh di ina sana).
Perjalanan
ini ...
Ah, entah
berapa banyak hikmah yang bisa dipetik.
Salah satunya
adalah, kalimat beliau.
"Umi,
setiap saya melewati sebuah tempat baru ... saya selalu ingat untuk membaca syahadat
dan ayat Qursi, karena bisa jadi, tempat ini belum pernah diagungkan nama
Allah." :(
Mushola Uberlandia tampak depan Foto kunjungan setahun lalu |
They are |
No comments:
Post a Comment