Monday, February 29, 2016

Berbagi 1000 Guru Kalteng #4 SDN Takaras

"Siapa yang mau lanjut sekolah ke SMP?"
"Siapa yang mau melanjutkan ke SMA?"
"Siapa yang mau  kuliah?"
Tangan-tangan kecil itu terangkat. Lagi dan lagi. Senyum dikulum, dan mata bercahaya ....

Ada banyak cerita, tentang kita, anak-anak dan wajah pendidikan Indonesia. 

"Ini bukan hanya tentang materi pun donasi, tapi tentang berbagi mimpi, motivasi, menyadarkan diri dan menyalurkan inspirasi .... "
Traveling and Teaching #4 SDN Takaras
1000 guru Kalteng

Mengapa 1000 guru?

1000 guru adalah komunitas orang-orang yang peduli dan prihatin dengan kondisi pendidikan Indonesia. Terutama di daerah pedalaman. Yang jarang sekali mendapat sentuhan lembut pemerintah. Fasilitas tak memadai, sarana minimalis, bahkan kadang-kadang gedung sekolah yang merupakan kebutuhan primer, tanda eksisnya sebuah sekolah berada dalam kondisi mengenaskan. Menjadi pemandangan lazim sehari-hari Well, ini tell bukan show! (Kata penggiat literasi hahaha)

Gedung bocor, jebol, plafon ambrol, perpustakaan didera kekosongan, ruang kelas tanpa meja-kursi ... memang kondisi ajaib untuk menyamaratakan ujian nasional kita. (loh kok melenceng?)

Ada sebuah pepatah Haiti terkenal, dimuat dalam buku Dokter berhati malaikat berbunyi ... Tuhan memberi, tapi tak membagi. Dan tugas manusialah untuk berbagi,  pada kecukupan kita ada hak orang lain,  pada kebersyukuran kita seharusnya memang ... ada kebahagiaan orang lain. 1000 guru mengajak para pemerhati yang punya kepedulian terhadap pendidikan, ingin mengajar di sekolah meskipun tak mempunyai background keguruan, dan pastinya suka traveling. Ish siapa sih jaman ini yang tidak menyukai jalan-jalan? Hahaha. Jalan-jalannya antimainstream pula. Mengitari pulau konservasi dengan perahu motor kecil, bocor pulaa :D :D

SDN Takaras
Kecamatan: Manuhing
Kabupaten: Gunung Mas

Pada sebuah desa sejuk yang dibatasi sungai beraliran deras warna coklat dan hitam.  SDN Takaras berdiri di sebuah sudut kampung. Berbatas dengan gereja, TK, rumah penduduk dan hutan hujan. Tanah pasir menjadi ciri khasnya. Kering saat panas dan basah menjebak kala hujan.

Kisah ini bermula ratusan tahun yang lalu, ketika para sesepuh, pendiri desa pertama memutuskan migrasi ke sana. Demografi penduduk yang semakin padat atau persaingan sumber daya yang makin ketat bisa menjadi penyebabnya. Budaya lokal yang masih memanfaatkan area dekat sungai menjadi perkampungan, lahan berpindah, perburuan, maupun kegemaran penduduk terhadap ikan kemungkinan menjadi alasan utama. Bertahun-tahun kemudian, saat saya berkunjung ... daerah tersebut telah berubah menjadi kampung. Dengan rumah-rumah berdekatan, puskesmas, sekolah, dermaga yang telah dibangun, mobil dan motor, kebun-kebun menghijau di sekitar kampung, jalan yang telah aspal, pasar jumat yang mangkrak di hari sabtu dengan sampah berserak saling bercumbu, dan wajah-wajah sedih gedung sekolah yang tak terurus. Menopaus! :(

"Ketika PENDIDIKAN tidak dinomorsatukan, akan lebih banyak generasi tumbang ...


Jika ingin membangun sebuah kota teladan, apa yang harus dilakukan?
Pendidikan
Jika ingin mengatasi banjir apa yang harus diubah?
Pendidikan
Jika ingin membangun masyarakat mapan ekonomi, sosial, dan teknologi apa yang harus kita pikirkan?
Pendidikan.

SDN Takaras memberi saya pandangan baru (bc: pilu)  terhadap potret pendidikan kita. Ketika negara lain ramai memperbaiki sistem, kita masih terlunta pada penyediaan sarana dan prasarana. Gedung sekolah itu terlihat kokoh pada jarak pandang 1-2Km. Ketika didekati, terlihat kayu-kayu penyangganya mulai keropos dan rapuh, dan masih mengabdi hingga renta. Lantai papannya berjuang hidup mati dari serangga-serangga pemakan kayu, berlubang-berlubang seperti permukaan bolu karamel. Kelas 1,2,3,4 bertempat di sana. Kelas-kelas yang tanpa kursi. Beralas karpet buluk yang perlu diganti. 
Kelas III - Mereka yang belajar tanpa kursi
meja hasil swadaya
Berkunjung ke kelas 4 adalah perjuangan menguatkan hati. Mereka tak punya meja, kursi apalagi lemari, kelasnya lesehan. Tubuh-tubuh yang menunduk saat menulis di buku, hingga mungkin tulang punggung mereka terancam lordosis, kifosis, skoliosis ....

Kelas IV - Mereka yang belajar lesehan
#SDN Takaras
Sebuah gedung beton paling ujung, terlihat baru dari ruang guru. Meskipun isinya tak kalah menyedihkan, meja dan kursi reot, dinding-dinding berlubang, plafon ambrol.  Inilah kelas motivasi bagi adik-adik tingkat tuk mencoba sekolah dengan meja kursi, meskipun amat sangat tak layak pakai bahkan berbahaya. Inilah kelas-kelas paling penting dalam masa peralihan di SD. Menyiapkan pelajaran dan mental tuk ujian nasional.

Saya mengelus dada.

Kelas V - Foto diambil dari sebuah lubang yang tembus ke ruang kelas VI
Meja di dekat pintu terlihat doyong.

(Kenapa tiba-tiba hawa catatan ini begitu suram?) :(

Kita pindah ke bagian ceria deh.

1000 Guru Kalteng #4

Acara 1000 guru Kalteng #4 diikuti sekitar 12 peserta, panitianya terlihat lebih banyak. Berangkat jumat malam menggunakan truk polisi untuk mencapai desa Takaras.  Suasana hening, gelap, dingin dan sendu (hujan sepanjang perjalanan). Kecuali kelompok Kak Velin, Kak Sendy dkk. Mereka ramai banget (padahal baru ketemu, hihihi) O iya Kak Sendy ini bawa banyak banget makanan loo .... You are the star pokoknya.

Kakak-kakak yang punya jiwa sosial tinggi itu merelakan weekendnya untuk tinggal di desa. Meninggalkan rutinitas, gaya hidup, kebiasaan disertai fasilitas lengkap, gadget, daaaan jaringan seluler (karena desa Takaras anti jaringan, jadi tak ada internet) serasa masuk jaman kecil kembali. At least, kami jadi lebih banyak ngobrol, diskusi langsung tanpa interupsi buyi-bunyi notif hp. Main ke sungai, main dengan anak-anak :D Dan well, itu mendekatkan para peserta.

Pagi hari diawali dengan sarapan bersama. Lalu datanglah Nija, gadis cilik kelas I itu terlihat bingung di lapangan, karena ruang kelasnya penuh orang. (Kami menginap di ruang kelas I, hahai). Saat adik-adik berkumpul (banyak yang tidak memakai sepatu :( ), kami upacara bendera, menyumbangkan suara kami yang sumbang untuk menyanyi Indonesia Raya. Diikuti senam 'antik' anti mainstream, dan bawa kakak-kakak ke kelas-kelas dengan gembira. Berbagi sarapan berupa  roti dan susu.

Tentu saja, tak ada 1000 guru tanpa ada sesi motivasi-inspirasi. Dengan semangat tinggi dan dunia lebih luas di kepala, kakak-kakak kita mencoba mengenalkan dunia luar pada adik-adik. 

"Dunia ini luas loo, Dik. Tak sekedar desa kita dan televisi."

Kakak-kakak juga mencoba mengenalkan beragam profesi yang kemungkinan masih asing terdengar di telinga. Ahli IT, akuntan, dosen, pengusaha dll bersatu padu mengenalkan diri. Setelah riweuh (sunda: ribet) menerangkan sana-sini eh adik-adik tetap ngotot hanya memilih bercita-cita menjadi guru, tentara, polisi, dokter. Oh no, 

Mari bermimpi di sini, mimpi itu gratis-tis!. Terbangkan ia hingga tinggi, raih semuanya. Gunakan kiat-kiat meraih impian kita ....

Seperti yang diterangkan Kak bayu di kelas V. Ada tujuh kunci meraih mimpi. Adik-adik kita mencatat, bagi yang menghafal dapat kaos. (y) thumb thumb thumb. Mereka aktif, bersemangat, tertawa. Hmm, hari yang menyenangkan, tak kan terlupa. Kelas berlangsung dua jam, ada banyak kegiatan di sana. Setelah itu dilanjutkan bermain di lapangan sekolah. Ada yang memilih main bola, loncat tali, engklek, dll. Everybody happy, and big smile, malah pada ketawa.

(bersambung dulu ah.)

Boleh lihat foto2nya dulu. Bocoran hihihi

Perjalanan pulang
Kakak Putih paling depan

Ketika Kak Aryo Berekspresi funny hihiihi

Mengambang - Gaya berenang mempertahankan diri agar tak tenggelam

Happines in black water



Salam dari SDN Takaras



Bersiap-siap pulang. Truk sudah menunggu
Selfi dulu

Mandi di sungai
Ketika Jecky Salto
Adik yang kuat




1000 guru membagikan meja untuk setiap adik-adik

Ruang guru dan Ruang Kelas I
Tampak depan


Lingkaran besar (main balon :) )

Bakti sosial

Kredit foto:
1000 guru Kalteng, panitia dan peserta.

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan meninggalkan komentar untuk bertanya, diskusi, maupun ktitik saran untuk perbaikan konten blog ini.

5 comments:

  1. Replies
    1. Terima kasih kunjungannya Kak Vinna. Semangat dan sukses.

      kangen deh dengan 1000 guru

      Delete
  2. Komunitas saya punya kegiatan mau bekerjasama dengan 1000 guru,bagsimana caranya? Atsu saya harus menghubungi siapa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kunjungannya, Mas Yayan

      Maaf telat menjawab.
      Coba tanya dengan Kakak Vinna Liana di atas. O ya, 1000 guru Kalteng sudah masuk program ke #9 sekarang :)

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete